BAB II
GAMBARAN PELAYANAN PUSKESMAS BA’A
KECAMATAN LOBALAIN
2.1. TUGAS POKOK DAN FUNGSI PUSKESMAS BA’A
2.1.1. Tugas Pokok Dan Fungsi
Berdasarkan
Permenkes
• Dinas Kesehatan mempunyai tugas membantu
Gubernur melaksanakan sebagian urusan rumah tangga daerah di bidang kesehatan.
• Untuk melaksanakan tugas sebagaimana tersebut
di atas, Dinas Kesehatan menyelenggarakan fungsi:
§ perumusan kebijakan teknis di bidang kesehatan;
§ penyelenggaraan urusan pemerintahan dan
pelayanan umum di bidang kesehatan;
§ pembinaan dan pelaksanaan tugas di bidang
kesehatan;
§ pembinaan unit pelaksana teknis;
§ pelaksanaan urusan tata usaha, kepegawaian,
perlengkapan, sarana dan prasarana serta rumah tangga;
§ pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh
Gubernur sesuai dengan tugas dan fungsinya.
2.1.2. Struktur Organisasi
Dinas Kesehatan dipimpin oleh
Kepala Dinas Kesehatan dibantu 4 Bidang
Dinas dan Sekretariat serta 3 Unit Pelaksana Teknis : (1) Bidang Pengembangan SDM
Kesehatan; (2) Bidang Kesehatan Masyarakat; (3) Bidang Pelayanan Medik; (4)
Bidang Pencegahan dan Penanggulangan Masalah Kesehatan dan (5) Sekretariat serta 3 Unit Pelaksana Teknis antara lain (1)
UPT Pelatihan Tenaga Kesehatan (2) UPT Laboratorium Kesehatan (3) UPT
Pengelolaan Obat, Vaksin dan Perbekalan Kesehatan:
• Sekretariat terdiri dari 3 (tiga) Sub Bagian
yaitu :
a. Sub Bagian Kepegawaian dan Umum
b. Sub Bagian Program, Data danEvaluasi
c. Sub. Bagian Keuangan
• Bidang Pengembangan SDM Kesehatan membawahi 3
(tiga) Seksi :
a. Seksi Pengkajian dan pendayagunaan SDM
Kesehatan ;
b. Seksi
Legilitas Tenaga dan Institusi Diklat;
c. Seksi Pendidikan dan Latihan
• Bidang Kesehatan Masyarakat membawahi 3 (tiga) seksi:
a. Seksi Perbaikan Gizi Masyarakat;
b. Seksi Kesehatan Ibu dan Anak;
c. Seksi Promosi Kesehatan dan Peran Serta
Masyarakat
• Bidang Pelayanan Medik membawahi 3 (tiga) seksi
:
a. Seksi Kefarmasian, Bahan dan
PeralatanKesehatan;
b. Seksi Pelayanan Kesehatan Strata 2 dan Strata
3;
c. Seksi Asuransi Kesehatan dan Jaminan Pembiayaan
dan Pemeliharaan Kesehastan Masyarakat
• Bidang Pencegahan danPenanggulangan Masalah
Kesehatan membawahi 3 (tiga) seksi :
a. Seksi Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit;
b. Seksi Penyehatan Lingkungan;
c. Seksi Penanggulangan Keadaan Darurat Kesehatan.
• UPTD Pelatihan Tenaga Kesehatan
Ø Sub Bagian Tata Usaha;
• UPTD Laboratorium Kesehatan;
Ø Sub Bagian Tata Usaha;
• UPTD Pengelolaan Obat, Vaksin dan Perbekalan
Kesehatan;
Ø
Sub Bagian
Tata Usaha;
Dapat
dilihat pada bagan berikut ini :
2.2.
Sumber Daya Manusia
Jumlah sumber daya manusia di Dinas Kesehatan Provinsi
Nusa Tenggara Timur memadai. Namun demikian dari segi kualitas masih perlu
ditingkatkan, mengingat tugas-tugas dimasa yang akan datang lebih berat,
terutama dalam rangka menjalankan tugas pokok sebagai koordinator, perumus
kebijakan, pelaksanaan danpengendalian pembangunan bidang kesehatan.
Tabel
Jumlah Pegawai Berdasarkan Pangkat, Golongan dan Jenis Kelamin Dinas
Kesehatan Provinsi NTT Tahun 2012
GOLONGAN |
PANGKAT |
JENIS
KELAMIN |
JUMLAH |
|
LAKI-LAKI |
PEREMPUAN |
|||
I/a |
JuruMuda |
0 |
0 |
0 |
I/b |
JuruMudaTk.I |
0 |
0 |
0 |
I/c |
Juru |
2 |
0 |
2 |
I/d |
JuruTk.I |
0 |
0 |
0 |
JumlahGolongan I |
2 |
0 |
2 |
|
II/a |
PengaturMuda |
16 |
0 |
16 |
II/b |
PengaturMudaTk.I |
9 |
3 |
12 |
II/c |
Pengatur |
2 |
5 |
7 |
II/d |
PengaturTk.I |
4 |
9 |
13 |
JumlahGolongan II |
31 |
17 |
48 |
|
III/a |
PenataMuda |
22 |
21 |
43 |
III/b |
PenataMudaTk.I |
37 |
40 |
77 |
III/c |
Penata |
12 |
24 |
36 |
III/d |
PenataTk.I |
17 |
15 |
32 |
JumlahGolongan III |
88 |
100 |
188 |
|
IV/a |
Pembina |
2 |
6 |
8 |
IV/b |
Pembina
Tk.I |
5 |
4 |
9 |
IV/c |
Pembina
UtamaMuda |
0 |
1 |
1 |
IV/d |
Pembina
UtamaMadya |
1 |
0 |
1 |
Jumlah Golongan IV |
8 |
11 |
19 |
|
Total |
129 |
128 |
257 |
Dari
jumlah tersebut pegawai yang berpendidikan S3 berjumlah 2 orang, S2 berjumlah 28 orang, S1 berjumlah
109 orang, D3 berjumlah 31 orang, D1 berjumlah 5 orang, SMA berjumlah 78
orang, SMP berjumlah 3 orang dan SD
berjumlah 1 orang.
Tabel Jumlah Pegawai Berdasarkan Tingkat
Pendidikan dan
Jenis
Kelamin Dinas Kesehatan Provinsi NTT Tahun 2012
NO |
PENDIDIKAN
TERAKHIR |
JENIS
KELAMIN |
JUMLAH |
|
LAKI-LAKI |
PEREMPUAN |
|||
1 |
SD |
1 |
0 |
1 |
2 |
SMP |
3 |
0 |
3 |
3 |
SMA |
55 |
23 |
78 |
4 |
D-1 |
4 |
1 |
5 |
5 |
D-3 |
8 |
23 |
31 |
6 |
S-1 |
44 |
65 |
109 |
7 |
S-2 |
12 |
16 |
28 |
8 |
S-3 |
2 |
0 |
2 |
Grand Total |
129 |
128 |
257 |
2.3. Kinerja
Pelayanan Dinas Kesehatan Provinsi
Kinerja
pelayanan Dinas kesehatan Provinsi NTT dapat dilihat dengan pencapaian
indicator Bidang Kesehatan melaluicapaian indicator Renstra SKPD Dinas
Kesehatan Provinsi NTT Tahun 2009 – 2013 :
TABEL 2.1.Realisasi
Pencapaian Target Renstra 5 Tahun yang lalu.
Gambar 2.1
Gambar 2.2
2.4.
Tantangan Dan Peluang Pelayanan
Dinas Kesehatan
Status
kesehatan masyarakat ditentukan berbagai determinan penting di luar kendali
bidang kesehatan seperti faktor lingkungan (45%), faktor keturunan (5%) dan
faktor perilaku (30%). Sehingga kendali bidang kesehatan hanya mempunyai
kontribusi sebesar (20%) saja.Adapun tantangan dan peluang pelayanan Dinas
Kesehatan Provinsi NTT sebagai berikut :
2.4.1.
Kondisi Geographis yang sulit dalam melaksanakan pelayanan
kesehatan
Provinsi
NTT mempunyai luas daratan 47.350,00 km2 yang terdiri dari gugusan
pulau besar dan kecil, jumlah seluruh pulau mencapai 1.192 buah, termasuk 4 (empat) pulau besar yaitu Flores, Sumba,
Timor dan Alor (FLOBAMORA). Posisi geografis Provinsi Nusa Tenggara Timur
adalah sebelah Utara berbatasan dengan laut Flores, sebelah Selatan dengan
lautan Hindia, sebelah Timur dengan Negara Repoblik Demokratik Timor Leste
(RDTL) dan Laut Timor dan sebelah Barat dengan Provinsi Nusa Tenggara Barat.
Kedudukan Astronomis terletak pada 80 - 120 Lintang Selatan dan 1180 -
1250 Bujur Timur. Selanjutnya Nusa
Tenggara Timur memiliki kondisi geografis yang bervariasi, seperti Pulau
Flores, Alor, Komodo, Solor, Lembata dan pulau-pulau sekitarnya di jalur utara
terbentuk secara vulkanik. Sedangkan Pulau Sumba, Sabu, Rote, Semau, Timor dan
pulau-pulau sekitarnya di selatan merupakan daerah karang, karena terbentuk
dari dasar laut yang terangkat ke permukaan.
Dengan
kondisi seperti ini maka pulau-pulau yang terletak pada jalur vulkanik dapat
dikategorikan sebagai daerah yang subur, sedangkan daerah karang pada umumnya
kurang subur. Wilayah administratif Pemerintah Provinsi NTT telah berkembang
dari tahun ke tahun sesuai dengan perkembangan kependudukan.
Provinsi
NTT terdiri dari 21 Kabupaten, 1 Kota, 306 Kecamatan dan 2.994 Desa/Kelurahan.
Luas wilayah masing-masing kabupaten cukup bervariasi, dimana Kabupaten Kupang
memiliki luas terbesar yaitu 5.417,79 km2 dan yang terkecil adalah
Kota Kupang dengan luas 160,3 km2. Dari segi topografis, keadaan
permukaan tanahnya sebagian besar (±70%) merupakan daerah bergunung dan
berbukit dengan kemiringan rata-rata 50 % ke atas dengan morfologi yang agak
gundul. Berdasarkan zone agroklimat, iklim di Provinsi NTT adalah tipe D/E
yaitu memiliki hari hujan <3 bulan atau sekitar 150 hari selama setahun dan
selebihnya adalah musim kemarau.
2.4.2. Angka
Kematian Ibu (AKI)
Angka kematian Ibu merupakan indikator keberhasilan pembangunan sektor kesehatan. AKI mengacu pada jumlah kematian Ibu yang
terkait dengan proses kehamilan, persalinan dan nifas. Untuk melihat
kecenderungan AKI di Indonesia secara konsisten digunakan data hasil SKRT dan
SDKI. AKI menurun dari 450 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 1986 dan
kembali turun menjadi 425 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 1992.
Selanjutnya pada tahun 1995 kembali menurun menjadi 373 per 100.000 kelahiran
hidup. Pada tahun 2002–2003 AKI sebesar 307 per 100.000 kelahiran hidup (SDKI
2002–2003) dan kemudian menurun lagi menjadi 228 per 100.000 kelahiran hidup
pada tahun 2007 (SDKI 2007). Selanjutnya pada tahun 2010, AKI turun menjadi 259
per 100.000 kelahiran hidup (SP, 2010). Walaupun cenderung terus menurun, namun
bila dibandingkan dengan target yang ingin dicapai secara nasional pada tahun
2010 yaitu sebesar 125 per 100.000 kelahiran hidup, maka diperlukan upaya-upaya
luar biasa untuk mengatasi permasalahan ini.
AKI
Provinsi NTT pada periode 2004–2010 cenderung mengalami penurunan yang cukup
bermakna. Pada tahun 2004 AKI NTT sebesar 554 per 100.000 kelahiran hidup
(Surkesnas) dan menurun menjadi 306 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2007
(SDKI, 2007). Namun berdasarkan hasil Sensus Penduduk (SP) tahun 2010, AKI meningkat menjadi 536 per
100.000 kelahiran hidup. Bila dibandingkan dengan angka nasional 259 per
100.000 kelahiran hidup (SP,2010) maka AKI NTT sangat tinggi. Untuk mengatasi
masalah ini maka Provinsi NTT telah menginisiasi terobosan-terobosan dengan
Revolusi KIA dengan motto semua ibu melahirkan di Fasiitas Kesehatan yang
memadai. Yang mana capaian indikator antaranya adalah menurunnya peran dukun
dalam menolong persalinan atau meningkatkan peran tenaga kesehatan terampil
dalam menolong persalinan.
Laporan
Profil Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota se-Provinsi NTT tahun 2012 menunjukkan
bahwa konversi AKI per 100.000 Kelahiran Hidup selama periode 5 (lima)
tahun (Tahun 2008–2012) mengalami
fluktuasi. Jumlah kasus kematian pada tahun 2008 menjadi 312 kematian atau 332
per 100.000 kelahiran hidup, selanjutnya menurun menjadi 286 kematian pada
tahun 2009 atau 303 per 100.000 kelahiran hidup, sedangkan tahun 2010 mengalami
penurunan lagi menjadi 250 atau 272 per 100.000 kelahiran hidup. Pada tahun
2011 menurun lagi menjadi 208 atau 220 per 100.000 KH, dan pada tahun 2012
menurun menjadi 192 atau 200
per 100.000 KH. Selanjutnya Pada Tahun 2013 menurun lagi menjadi 170 Kasus atau 182/100.000 KH. Berikut ini digambarkan Kasus
Kematian Ibu dan Konversi AKI per 100.000 KH Prov. NTT tahun 2008 – 2013,
sedangkan rincian data per Kab/Kota dapat dilihat pada lampiran gambar 2.3 dan
2.4
Gambar 2.3
Jumlah Kematian Ibu dan Bayi
Di Provinsi Nusa Tenggara Timur Tahun 2008 –
2013
Sumber : Profil Kabupaten/Kota tahun 2012
Gambar 2.4
Angka
Kematian Ibu per 100.000 Kelahiran Hidup
di Provinsi
Nusa Tenggara Timur Tahun 2008 – 2013
Sumber: Profil Kesehatan Kabupaten/Kota 2012 Pencatatan dan Pelaporan
Revolusi KIA
2.4.3. Angka Kematian Bayi (AKB)
Data
kematian pada suatu komunitas dapat diperoleh melalui survei karena sebagian
besar kematian terjadi di rumah, sedangkan kematian di fasilitas kesehatan
hanya memperlihatkan kasus rujukan. Indikator ini terkait langsung dengan
tingkat kelangsungan hidup anak dan merefleksikan kondisi sosial, ekonomi dan
lingkungan tempat tinggal anak-anak termasuk pemeliharaan kesehatannya. Angka
Kematian Bayi (AKB) di Indonesia berasal dari berbagai sumber, yaitu Sensus
Penduduk, Riskesdas, Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) dan Sensus
Penduduk (SP).
Dalam
beberapa tahun terakhir AKB di Indonesia telah banyak mengalami penurunan yang
cukup besar. AKB Nasional menurut hasil Surkesnas/Susenas pada tahun 2001
sebesar 47 per 1.000 kelahiran hidup, tahun 2003 turun menjadi 35 per 1.000
kelahiran hidup (SDKI 2002–2003). Pada tahun 2007 kembali menurun menjadi 34 per
1.000 kelahiran hidup (SDKI, 2007), dan selanjutnya pada tahun 2012 terus turun
menjadi 32 per 1.000 kelahiran hidup (SDKI, 2012).
Untuk
Provinsi NTT, Angka Kematian Bayi juga menunjukkan penurunan yang cukup
bermakna, yaitu 60 per 1.000 kelahiran hidup pada tahun 1997 (SDKI), menurun
menjadi 59 per 1.000 kelahiran hidup (SDKI 2002–2003). Selanjutnya pada tahun
2007 menurun lagi menjadi 57 per 1.000 kelahiran hidup (SDKI, 2007), dan pada
tahun 2012 kembali menurun hingga mencapai 45 per 1.000 kelahiran hidup (SDKI,
2012). Walaupun angka ini sedikit lebih tinggi bila dibandingkan dengan AKB
secara nasional yaitu 32 per 1.000 kelahiran hidup, namun penurunan AKB NTT ini
cukup bermakna.
Berdasarkan hasil
konversi jumlah kasus kematian pada bayi mengalami fluktuasi dari tahun
2008–2012. Pada tahun 2008 sebanyak 1.208 atau 12,8 per 1000 kelahiran hidup.
Selanjutnya mengalami peningkatan pada tahun 2009 sebanyak 1.240 kematian atau
13,1 per 1.000 kelahiran hidup. Tahun 2010 mengalami penurunan kembali dimana
kematian sebesar 1.159 atau 12,5 per 1000 kelahiran hidup, selanjutnya pada
tahun 2011 sebesar 1.210 kematian atau
12,8 per 1000 Kelahiran Hidup. Pada tahun 2012 kasus kematian bayi sebanyak
1.450 kematian atau 15,1 per 1000 Kelahiran Hidup. Pada Tahun 2013 mengalami
penurunan yaitu sebesar 1.173 kasus atau 13,2/1.000 KH. Berikut ini adalah
gambaran Kasus Kematian Bayi dan Konversi Angka Kematian Bayi per 1000
Kelahiran Hidup pada tahun 2008 – 2013 di Prov. NTT. (Gambar 2.5dan 2.6).
Gambar 2.5
Jumlah
Kematian Bayi Provinsi Nusa Tenggara Timur Tahun 2008 – 2013
Sumber : Profil
Kabupaten/Kota tahun 2008 s/d 2013
Gambar 2.6
Angka Kematian Bayi per 1.000 Kelahiran Hidup
di Provinsi Nusa Tenggara Timur Tahun 2008 –
2013
Sumber: Profil Kesehatan
Kabupaten/Kota 2012 Pencatatan dan Pelaporan Revolusi KIA
2.4.4. Angka Kematian Anak Balita (AKABA)
AKABA
menggambarkan tingkat peluang untuk meninggal pada fase antara kelahiran dan
sebelum usia lima tahun serta permasalahan kesehatan anak dan faktor-faktor
lingkungan yang berpengaruh terhadap kesehatan balita seperti gizi, sanitasi,
penyakit menular, dan kecelakaan. Indikator ini juga menggambarkan tingkat
kesejahteraan sosial dalam arti besaran dan tingkat kemiskinan penduduk,
sehingga kerap kali dipakai untuk
mengidentifikasi tingkat kesulitan ekonomi penduduk.
Angka
Kematian Balita di Indonesia (menurut estimasi SUPAS 1995) dalam beberapa tahun
terakhir terlihat mengalami penurunan yang cukup bermakna. Pada tahun 1993
AKABA Nasional diperkirakan 81 per 1.000 kelahiran hidup dan turun menjadi 44,7
pada tahun 2001 (Surkesnas, 2001). Selanjutnya turun lagi menjadi 44 per 1.000
kelahiran hidup pada tahun 2007 (SDKI, 2007), dan terus turun menjadi 40 per
1.000 kelahiran hidup pada tahun 2012 (SDKI, 2012).
Untuk
Provinsi NTT, AKABA periode 2002–2012 mengalami fluktuasi. Hasil Survei
Kesehatan dan Rumah Tangga (SKRT) 1995 menunjukkan AKABA NTT sebesar 81 per
1.000 kelahiran hidup yang menurun menjadi 68 per 1.000 kelahiran hidup. Dari
hasil SDKI 2002-2003 terjadi peningkatan menjadi 72 per 1.000 kelahiran hidup
dan kembali meningkat menjadi 80 per 1.000 kelahiran hidup pada tahun 2007
(SDKI, 2007). Selanjutnya pada tahun 2012, AKABA NTT kembali menurun menjadi 58
per 1.000 kelahiran hidup (SDKI, 2012). Walaupun AKABA NTT masih lebih tinggi
jika dibandingkan dengan AKABA nasional yakni 40 per 1,000 kelahiran hidup,
namun penurunan AKABA NTT ini cukup bermakna.
Laporan
Profil Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota se-Provinsi NTT tahun 2012, berdasarkan
hasil konversi, selama periode 5 (lima) tahun jumlah kasus kematian balita
mengalami penurunan secara bermakna dari tahun 2008-2012. Pada tahun 2008
sebanyak 409 kematian atau 4,3 per 1.000 kelahiran hidup, pada tahun 2009
menurun menjadi 362 kematian atau 3,8 per 1000 kelahiran hidup. Pada tahun 2010
terjadi peningkatan menjadi 535 kematian atau 5,8 per 1.000 kelahiran hidup,
dan pada tahun 2011 kembali meningkat menjadi 1.400 atau 14,8 per 1.000
kelahiran hidup. Pada Tahun 2012 kasus kematian balita terus meningkat menjadi
1.714 atau 17,9 per 1.000 KH. Selanjutnya Pada Tahun 2013 terjadi penurunan
Kematian Anak Balita secara signifikan menjadi 185 Kasus atau 2,7/1.000 KH.
Berikut ini disajikan gambaran Kasus Kematian Anak Balita danKonversi AKABA per
1.000 KH Prov. NTT tahun 2007 – 2013, sedangkan rincian per Kab/Kota data
dapat dilihat pada lampiran gambar 2. 7 dan 2.8
Gambar 2.7
Jumlah
Kematian Balitadi Provinsi Nusa Tenggara Timur Tahun 2008 – 2013
sumber : Profil Kabupaten/Kota tahun 2012
Gambar 2.8
Angka Kematian Balita per 1.000 Kelahiran Hidup
Di Provinsi Nusa Tenggara Timur Tahun 2008 –
2013
Sumber : Profil Kabupaten/Kota tahun 2012,
Laporan Pencatatan dan Pelaporan 2013
Selanjutnya
rincian jumlah kematian ibu, bayi, balita tahun 2008–2013 dapat dilihat pada
Gambar 2.9 berikut:
Gambar 2.9
Jumlah Kematian Ibu,Bayi dan Balita Provinsi
Nusa Tenggara Timur Tahun 2008 – 2013
Sumber: Profil
Kesehatan Kab/Kota 2012 dan Lap.Pencatatan dan Pelaporan Rev.KIA
2.4.5. Presentase Balita Gizi Buruk
Persentase
balita gizi kurang sebanyak 18,68 %; persentase balita gizi buruk sebesar 1,5
%, dan gizi buruk sebesar 84,7 %.
Kondisi status gizi balita tahun 2012
dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 2.10
Status Gizi
balita Kabupaten/Kota tahun 2012
Kabupaten/Kota |
Balita Ditimbang |
Status
Gizi Balita (Orang) |
Status
Gizi Balita (%) |
||||
Buruk |
Kurang |
Baik |
Buruk |
Kurang |
Baik |
||
KOTA KUPANG |
13.005 |
282 |
2.327 |
10.396 |
2,2 |
18,68 |
79,9 |
KUPANG |
20.708 |
858 |
5.001 |
13.239 |
4,1 |
24,32 |
63,9 |
TTS |
29.889 |
190 |
2.710 |
26.989 |
0,6 |
4,10 |
90,3 |
TTU |
12.383 |
183 |
1.624 |
10.576 |
1,5 |
13,09 |
85,4 |
BELU |
28.469 |
1.095 |
7.446 |
19.907 |
3,8 |
26,13 |
69,9 |
ALOR |
13.983 |
387 |
1.582 |
10.150 |
2,8 |
11,00 |
72,6 |
LEMBATA |
9.475 |
122 |
1.921 |
7.424 |
1,3 |
22,22 |
78,4 |
FLORES TIMUR |
17.940 |
191 |
2.433 |
15.251 |
1,1 |
12,78 |
85,0 |
SIKKA |
22.085 |
155 |
4.792 |
17.138 |
0,7 |
0,00 |
77,6 |
ENDE |
17.354 |
113 |
1.796 |
15.428 |
0,7 |
0,00 |
88,9 |
NGADA |
11.629 |
12 |
1.429 |
10.188 |
0,1 |
12,81 |
87,6 |
NAGEKEO |
10.156 |
31 |
689 |
9.436 |
0,3 |
7,44 |
92,9 |
MANGGARAI |
24.759 |
14 |
548 |
24.197 |
0,1 |
2,40 |
97,7 |
MANGGARAI BARAT |
21.753 |
139 |
3.094 |
18.520 |
0,6 |
15,44 |
85,1 |
MANGGARAI TIMUR |
33.874 |
143 |
1.602 |
31.979 |
0,4 |
4,56 |
94,4 |
SUMBA BARAT DAYA |
14.525 |
404 |
1.194 |
12.927 |
2,8 |
0,00 |
89,0 |
SUMBA BARAT |
9.978 |
110 |
1.519 |
7.947 |
1,1 |
15,20 |
79,6 |
SUMBA TENGAH |
6.217 |
114 |
144 |
5.959 |
1,8 |
2,32 |
95,9 |
SUMBA TIMUR |
18.360 |
330 |
736 |
17.273 |
1,8 |
4,12 |
94,1 |
ROTE NDAO |
9.111 |
75 |
665 |
8.309 |
0,8 |
7,72 |
91,2 |
SABU RAIJUA |
4.146 |
188 |
845 |
3.113 |
4,5 |
0,00 |
75,1 |
Jumlah/Total |
349.799 |
5.136 |
44.097 |
296.346 |
1,5 |
12,68 |
84,7 |
Sumber : Profil Dinkes. NTT Tahun 2012
2.4.6 Kondisi Tenaga Kesehatan di Provinsi NTT
Dari
jumlah 14.863 orang tenaga kesehatan yang bekerja di sarana pelayanan kesehatan
di kabupaten/kota dan provinsi pada tahun 2012 terdiri dari Tenaga paramedis
perawatan yang meliputi tenaga Perawat sebanyak 6.551orang, tenaga Bidan
sebanyak 3.798 orang,tenaga Medis sebanyak 1.077 orang,tenaga Farmasi sebanyak
777 orang,tenaga Gizi sebanyak 526 orang,tenaga Teknisi Medis sebanyak 578
orang,tenaga Sanitasi sebanyak 685 orang, tenaga Kesehatan Masyarakat sebanyak
787 orang dan tenaga fisioterapis sebanyak 84 orang. Lampiran tabel 74 sampai
78 menyajikan rincian tenaga kesehatan yang bekerja di sarana pelayanan
kesehatan di kabupaten/kota dan provinsi pada tahun 2012. Untuk rincian jenis
tenaga kesehatan dengan perhitungan ratio per 100.000 penduduk menurut jenis
tenaga kesehatan disajikan pada Tabel2.10 di bawah ini.
Tabel 2.10
TENAGA
KESEHATAN MENURUT JENISNYARATIO PER 100.000 PENDUDUK
DI PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR TAHUN 2012
JENIS TENAGA KESEHATAN |
NTT |
NASIONAL |
||||
1.
Dokter Umum |
14 |
: |
100 |
40 |
: |
100 |
2.
Dokter Spesialis |
3 |
: |
100 |
6 |
: |
100 |
3.
Dokter Gigi |
3 |
: |
100 |
11 |
: |
100 |
4.
Perawat |
127 |
: |
100 |
11 |
: |
100 |
5.
Bidan |
73 |
: |
100 |
7 |
: |
100 |
6.
Ahli Gizi |
10 |
: |
100 |
100 |
: |
100 |
7.
Sanitarian |
12 |
: |
100 |
22 |
: |
100 |
8.
Tenaga Kefarmasian |
13 |
: |
100 |
40 |
: |
100 |
9.
Sarjana Kesehatan Masyarakat |
9 |
: |
100 |
10 |
: |
100 |
10.Keterapian Fisik |
2 |
: |
100 |
40 |
: |
100 |
11.Keteknisian Medis |
11 |
: |
100 |
30 |
: |
100 |
|
|
|
|
|
|
|
Sumber : Profil Kabupaten/Kota Tahun 2012
Dapat
dilihat pada tabel di atas, ratio masing-masing jenis tenaga kesehatan per
100.000 penduduk, menunjukkan bahwa ratio jenis tenaga kesehatan per 100.000
penduduk yang terbanyak adalah tenaga keperawatan 127 per 100.000 penduduk dan
terendah pada jenis tenaga kesehatan Keterapian Fisik 2 per 100.000 penduduk.
Pada tabel ini juga dapat dilihat bahwa ratio Dokter Spesialis dan Dokter Gigi
masih sangat rendah yakni 3 per 100.000, keadaan ini diharapkan akan meningkat
sejalan dengan berbagai kebijakan tetang ketenagaan baik dari pemerintah pusat
maupun daerah untuk menambah jumlah tenaga kesehatan terutama Dokter Umum,
Dokter Spesialis dan Dokter Gigi di Provinsi Nusa Tenggara Timur.
Puskesmas
merupakan ujung tombak dalam pelayanan kesehatan masyarakat, kinerjanya sangat
dipengaruhi ketersediaan sumber daya manusia yang ada terutama ketersediaan
tenaga kesehatan. Pada tahun 2012 terdapat 9.628 orang PNS dengan latar
belakang pendidikan kesehatan yang bertugas di Puskesmas yang tersebar di 21
Kabupaten/Kota, dengan rincian tenaga Perawat dan Bidan sebesar 7.146 orang,
tenaga medis 574 orang, Sanitarian 525 orang, tenaga Farmasi 380 orang, tenaga
Gizi 343 orang, tenaga Teknisi Medis 290 orang, Tenaga Fisioterapi 21 orang dan
tenaga Kesehatan Masyarakat sebanyak 349 orang.
Salah
satu indikator yang digunakan untuk mengetahui keterjangkauan penduduk terhadap
puskesmas adalah rasio puskesmas per 100.000 penduduk. Pada rentang waktu tahun
2008 sampai 2012, jumlah puskesmas rawat jalan dan rawat inap mengalami
peningkatan yang berarti.Pada tahun 2008 sebesar 6.4, tahun 2009 sebesar 6.5,
pada tahun 2010 meningkat menjadi 6.6, pada tahun 2011 terus meningkat menjadi
7.1 dan pada tahun 2012 ratio puskesmas tetap yakni 7.1.
Jumlah
dan ratio Puskesmas terhadap 100.000 penduduk pada tahun 2008 - 2012 disajikan
pada Gambar 2.10berikut ini
GAMBAR 2.10
JUMLAH PUSKESMAS DAN RATIONYA TERHADAP 100.000
PENDUDU DI PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR
TAHUN 2008 – 2012
PELUANG :
Adanya bantuan –
bantuan Luar Negeri seperti : Australia
Indonesia Partnership Maternal Neonatal Health (AIPMNH), Australia Indonesia Partnership Health
Support System (AIPHSS), World Health
Organization (WHO), United Nation
International Child Education Foundation (UNICEF), Nutrition Improvement through
Community Emprovement (NICE)
No comments:
Post a Comment