PANDUAN PRAKTIK KLINIS PUSKESMAS ASKARIASIS

ASKARIASIS

1. Pengertian (Definisi) Askariasis adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh infestasi parasit Ascaris lumbricoides. 

2. Anamnesis Keluhan 

Nafsu makan menurun, perut membuncit, lemah, pucat, berat badan menurun, mual, muntah. 


Gejala Klinis 

Gejala yang timbul pada penderita dapat disebabkan oleh cacing dewasa dan migrasi larva. 

Gangguan karena larva biasanya terjadi pada saat larva berada diparu. Pada orang yang rentan, terjadi perdarahan kecil pada dinding alveolus dan timbul gangguan pada paru yang disertai dengan batuk, demam, dan eosinofilia. Pada foto thoraks tampak infiltrat yang menghilang dalam waktu 3 minggu. Keadaan ini disebut sindroma Loeffler. 

Gangguan yang disebabkan cacing dewasa biasanya ringan, dan sangat tergantung dari banyaknya cacing yang menginfeksi di usus. Kadang-kadang penderita mengalami gejala gangguan usus ringan seperti mual, nafsu makan berkurang, diare, atau konstipasi. 

Pada infeksi berat, terutama pada anak dapat terjadi malabsorpsi sehingga memperberat keadaan malnutrisi. Gejala klinis yang paling menonjol adalah rasa tidak enak di perut, kolik akut pada daerah epigastrium, gangguan selera makan, mencret. Ini biasanya terjadi pada saat proses peradangan pada dinding usus. Pada anak kejadian ini bisa diikuti demam. Komplikasi yang ditakuti (berbahaya) adalah bila cacing dewasa menjalar ketempat lain (migrasi) dan menimbulkan gejala akut. Pada keadaan infeksi yang berat, paling ditakuti bila terjadi muntah cacing, yang akan dapat menimbulkan komplikasi penyumbatan saluran nafas oleh cacing dewasa. Pada keadaan lain dapat terjadi ileus oleh karena sumbatan pada usus oleh massa cacing, ataupun apendisitis sebagai akibat masuknya cacing ke dalam lumen apendiks. Bisa dijumpai penyumbatan ampulla Vateri ataupun saluran empedu dan terkadang masuk ke jaringan hati. 

Gejala lain adalah sewaktu masa inkubasi dan pada saat cacing menjadi dewasa di dalam usus halus, yang mana hasil metabolisme cacing dapat menimbulkan fenomena sensitisasi seperti urtikaria, asma bronkhial, konjungtivitis akut, fotofobia dan terkadang hematuria. Eosinofilia 10% atau lebih sering pada infeksi dengan Ascaris lumbricoides, tetapi hal ini tidak menggambarkan beratnya penyakit, tetapi lebih banyak menggambarkan proses sensitisasi dan eosinofilia ini tidak patognomonis untuk infeksi Ascaris lumbricoides. 


Faktor Risiko 

1. Kebiasaan tidak mencuci tangan. 

2. Kurangnya penggunaan jamban. 

3. Kebiasaan menggunakan tinja sebagai pupuk. 

4. Kebiasaan tidak menutup makanan sehingga dihinggapi lalat yang membawa telur cacing. 


3. Pemeriksaan Fisik 1. Pemeriksaan tanda vital 

2. Pemeriksaan generalis tubuh: konjungtiva anemis, terdapat tanda-tanda malnutrisi, nyeri abdomen jika terjadi obstruksi.  


4. Pemeriksaan Penunjang Pemeriksaan penunjang untuk penyakit ini adalah dengan melakukan pemeriksaan tinja secara langsung. Adanya telur dalam tinja memastikan diagnosis Askariasis. Tidak dapat dilakukan di Puskesmas ..........


5. Kriteria Diagnosis Penegakan diagnosis dilakukan dengan anamnesis, pemeriksaan fisik dan ditemukannya larva atau cacing dalam tinja.


6. Diagnosis Kerja Askariasis


7. Diagnosis Banding Jenis kecacingan lainnya


8. Penatalaksanaan 1. Memberi pengetahuan kepada masyarakat akan pentingnya kebersihan diri dan lingkungan, antara lain: 

a. Kebiasaan mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir 

b. Menutup makanan 

c. Masing-masing keluarga memiliki jamban keluarga 

d. Tidak menggunakan tinja sebagai pupuk 

e. Kondisi rumah dan lingkungan dijaga agar tetap bersih dan tidak lembab. 


2. Farmakologis 

a. Mebendazol, dosis 100 mg, dua kali sehari, diberikan selama tiga hari berturut-turut, atau

Pengobatan dapat dilakukan secara perorangan atau secara masal pada masyarakat. Syarat untuk pengobatan massal antara lain: 

1. Obat mudah diterima dimasyarakat 

2. Aturan pemakaian sederhana 

3. Mempunyai efek samping yang minimal

4. Bersifat polivalen, sehingga dapat berkhasiat terhadap beberapa jenis cacing

5. Harga mudah dijangkau 

9. Edukasi Memberikan informasi kepada pasien dan keluarga mengenai pentingnya menjaga kebersihan diri dan lingkungan, yaitu antara lain: 

1. Masing-masing keluarga memiliki jamban keluarga. Sehingga kotoran manusia tidak menimbulkan pencemaran pada tanah disekitar lingkungan tempat tinggal kita. 

2. Tidak menggunakan tinja sebagai pupuk. 

3. Menghindari kontak dengan tanah yang tercemar oleh tinja manusia. 

4. Menggunakan sarung tangan jika ingin mengelola limbah/sampah. 

5. Mencuci tangan sebelum dan setelah melakukan aktifitas dengan menggunakan sabun dan air mengalir. 

6. Kondisi rumah dan lingkungan dijaga agar tetap bersih dan tidak lembab. 


10. Kriteria Rujukan -


11. Prognosis Pada umumnya prognosis adalah bonam, karena jarang menimbulkan kondisi yang berat secara klinis.


12. Referensi Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor HK.02.02/MENKES/514/2015 tentang Panduan Praktik Klinis Bagi Dokter di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama


No comments:

Post a Comment