PANDUAN PRAKTIK KLINIS PUSKESMAS ABSES FOLIKEL RAMBUT

ABSES FOLIKEL RAMBUT

1. Pengertian (Definisi) Abses folikel rambut merupakan infeksi pada folikel rambut yang disebabkan oleh bakteri gram positif dari golongan Stafilokokus dan Streptokokus. Abses folikel rambut merupakan penyakit yang sering dijumpai. Penularannya melalui kontak langsung dengan agen penyebab. 



2. Anamnesis Keluhan

Pasien datang mengeluh adanya koreng atau luka di kulit. Awalnya berbentuk seperti bintil kecil yang gatal, dapat berisi cairan atau nanah dengan dasar dan pinggiran sekitarnya kemerahan. Keluhan ini dapat meluas menjadi bengkak disertai dengan rasa nyeri. 


Faktor risiko 

1. Higiene yang kurang baik 

2. Defisiensi gizi 

3. Imunodefisiensi (CD4 dan CD8 yang rendah) 



3. Pemeriksaan Fisik Folikulitis adalah peradangan folikel rambut yang ditandai dengan papul eritema perifolikuler dan rasa gatal atau perih. 

Furunkel adalah peradangan folikel rambut dan jaringan sekitarnya berupa papul, vesikel atau pustul perifolikuler dengan eritema di sekitarnya dan disertai rasa nyeri. 

Furunkulosis adalah beberapa furunkel yang tersebar. 

Karbunkel adalah kumpulan dari beberapa furunkel, ditandai dengan beberapa furunkel yang berkonfluensi membentuk nodus bersupurasi di beberapa puncak.

 


4. Pemeriksaan Penunjang 1. Pemeriksaan dari apusan cairan sekret dari dasar lesi dengan pewarnaan Gram 

2. Pemeriksaan darah rutin kadang-kadang ditemukan leukositosis. 



5. Kriteria Diagnosis Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang jika diperlukan.


6. Diagnosis Kerja Abses Folikel Rambut


7. Diagnosis Banding 1. Kista Epidermal

2. Hidradenitis Suppurativa

3. Sporotrikosis

4. Blastomikosis

5. Skrofuloderma

8. Penatalaksanaan 1. Terapi suportif dengan menjaga higiene, nutrisi TKTP dan stamina tubuh. 

2. Farmakoterapi dilakukan dengan: 

a. Topikal: 

Bila banyak pus/krusta, dilakukan kompres terbuka dengan permanganas kalikus (PK) 1/5.000 atau yodium povidon 7,5% yang dilarutkan 10 kali. 

Bila tidak tertutup pus atau krusta, diberikan salep atau krim asam fusidat 2% atau mupirosin 2%, dioleskan 2-3 kali sehari selama 7-10 hari. 

b. Antibiotik oral dapat diberikan dari salah satu golongan di bawah ini: 

Penisilin yang resisten terhadap penisilinase, seperti: kloksasilin. 

o Dosis dewasa: 3 x 250-500 mg/hari, selama 5-7 hari, selama 5-7 hari. 

o Dosis anak: 50 mg/kgBB/hari terbagi dalam 4 dosis, selama 5-7 hari. 

Amoksisilin dengan asam klavulanat. 

o Dosis dewasa: 3 x 250-500 mg 

o Dosis anak: 25 mg/kgBB/hari terbagi dalam 3 dosis, selama 5-7 hari 

Klindamisin 4 x 150 mg per hari, pada infeksi berat dosisnya 4 x 300-450 mg per hari 

Eritromisin: dosis dewasa: 4 x 250-500 mg/hari, anak: 20- 50 mg/kgBB/hari terbagi 4 dosis, selama 5-7 hari. 

Sefalosporin, misalnya sefadroksil dengan dosis 2 x 500 mg atau 2 x 1000 mg per hari. c. Insisi untuk karbunkel yang menjadi abses untuk membersihkan eksudat dan jaringan nekrotik. 


9. Edukasi Edukasi pasien dan keluarga untuk pencegahan penyakit dengan menjaga kebersihan diri dan stamina tubuh. 


10. Kriteria Rujukan Pasien dirujuk apabila terjadi: 

1. Komplikasi mulai dari selulitis. 

2. Tidak sembuh dengan pengobatan selama 5-7 hari. 

3. Terdapat penyakit sistemik (gangguan metabolik endokrin dan imunodefisiensi). 


11. Prognosis Apabila penyakit tanpa disertai komplikasi, prognosis umumnya bonam, bila dengan komplikasi, prognosis umumnya dubia ad bonam. 


12. Referensi Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor HK.02.02/MENKES/514/2015 tentang Panduan Praktik Klinis Bagi Dokter di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama


No comments:

Post a Comment