PANDUAN IKP
BAB
I
DEFINISI
1.1
Latar
Belakang
Di Indonesia, setelah
pada bulan juni sampai dengan agustus 2006 PERSI, KKPRS, KARS dan Departemen
Kesehatan bekerja sama dengan Becton Dickinson, melakukan “Road Show” sosialisasi program keselamatan pasien di 12 kota
dihadapan total 461 rumah sakit, terlihat bahwa keselamatan pasien mulai
menjadi prioritas di berbagai rumah sakit.
Rumah sakit dapat memilih
berbagai program keselamatan pasien mulai dari upaya klasik keselamatan pasien
seperti meningkatkan program pengendalian infeksi di rumah sakit dengan program
“hand hygiene”, program K3RS, informed consent, safe blood transfusion
dan sebagainya. Namun sebaliknya rumah sakit (KKPRS) yaitu selain upaya klasik
juga upaya baru seperti penerapan 7 langkah keselamatan pasien, standar
keselamatan pasien. Di samping itu juga upaya diagnostic terhadap laporan
insiden keselamatan pasien (IKP) dan yang terakhir pemahaman klasifikasi
keselamatan pasien.
Salah satu program yang
menjadi dasar keselamatan pasien adalah menekan/ menurunkan insiden keselamatan
pasien beserta KTD/ KNC.
Dengan penerapan system pelaporan IKP maka
rumah sakit dapat menjawab pertanyaan sebagai berikut: “Apakah rumah sakit anda
dapat mendemonstrasikan bahwa pelayanan rumah sakit anda lebih aman
dibandingkan tahun yang lalu?”
1.2
Tujuan
a. Tujuan
Umum
Menurunya insiden
keselamatan pasien (KTD/KNC) dan meningkatnya mutu pelayanan dan keselamatan
pasien.
b. Tujuan
Khusus
1) Rumah
Sakit (Internal)
a) Terlaksananya
system pelaporan dan pencatatan insiden keselamatan pasien dirumah sakit
b) Diketahui
penyebab insiden keselamatan pasien sampai pada akar masalah
c) Didapatkannya
pembelajaran untuk perbaikan asuhan kepada pasien agar dapat mencegah kejadian
yang sama di kemudian hari
2) KKP-RS
(Eksternal)
a) Diperolehnya
data/ peta nasional angka insiden keselamatan pasien (KTD dan KNC)
b) Diperolehnya
pembelajaran untuk meningkatkan mutu pelayanan dan keselamatan pasien bagi
rumah sakit lain
c) Ditetapkannya
langkah-langkah praktis keselamatan pasien untuk rumah sakit di Indonesia.
1.3
Definisi
Operasional
1. Keselamatan
/ Safety
Bebas dari bahaya/
risiko (hazard)
2. Bahaya/
Hazard
Adalah suatu
“keadaan, perubahan atau tindakan” yang dapat meningkatkan risiko pada pasien
a. Keadaan
Adalah setiap faktor yang berhubungan atau
mempengaruhi suatu “peristiwa keselamatan pasien/ patient safety event”, agent
atau personal.
b.
Agent
Adalah suatu substansi, obyek atau system
yang menyebabkan perubahan.
3. Keselamatan
pasien/ Patient Safety
Pasien bebas dari harm/ cedera yang tidak seharusnya
terjadi atau bebas dari harm yang
potensial akan terjadi (penyakit, cedera fisik/ sosial/ psikologis, cacat,
kematian, dll) terkait dengan pelayanan kesehatan.
4. Keselamatan
Pasien Rumah Sakit/ Hospital Patient
Safety
Suatu system
dimana rumah sakit membuat asuhan pasien lebih aman. Hal ini termasuk asesmen
risiko, identifikasi dan pengelolaan hal yang berhubungan dengan risiko pasien,
pelaporan dan analisis insiden, kemampuan belajar dari insiden dan tindak
lanjutnya serta implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya risiko. System
ini mencegah terjadinya cedera yang disebabkan oleh kesalahan akibat
melaksanakan suatu tindakan atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya di
ambil.
5. Cedera/
Harm
Dampak yang
terjadi akibat gangguan struktur atau penurunan fungsi tubuh dapat berupa
fisik, social dan psikologis. Yang termasuk harm
adalah “penyakit, cedera, penderitaan, cacat dan kematian”
a. Penyakit/
Disease
Disfungsi fisik atau psikis
b. Cedera/
Injury
Kerusakan jaringan yang disebabkan agent/ keadaan
c. Penderitaan/
Suffering
Pengalaman/ gejala yang tidak menyenangkan
termasuk nyeri, malaise, mual, muntah, depresi, agitasi dan ketakutan
d. Cacat/
Disability
Segala bentuk kerusakan struktur atau
fungsi tubuh, keterbatasan aktifitas dan atau restriksi dalam pergaulan sosial
yang berhubungan dengan harm yang
terjadi sebelumnya atau saat ini.
6.
Insiden Keselamatan
Pasien (IKP)/ Patient Safety Incident
Setiap kejadian
atau situasi yang dapat mengakibatkan atau berpotensi mengakibatkan harm/ cedera yang seharusnya tidak
terjadi
7.
Kejadian Tidak Diharapkan
(KTD)/ Adverse event
Suatu insiden yang
mengakibatkan harm/ cedera pada pasien akibat melaksanakan suatu tindakan atau
tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil dan bukan karena penyakit
dasarnya atau kondisi pasien. Cedera dapat diakibatkan oleh kesalahan medis
yang tidak dapat dicegah.
8. Kejadian
Nyaris Cedera (KNC)/ Nearmiss
Suatu insiden yang
tidak menyebabkan cedera pada pasien akibat melaksanakan suatu tindakan
(commission) atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil (omission),
dapat terjadi karena ‘keberuntungan’ (misal: pasien terima suatu obat kontra
indikasi tetapi tidak timbul reaksi
obat), Karena ‘pencegahan’ (suatu obat dengan overdosis lethal akan diberikan,
tetapi staf lain mengetahui dan membatalkan sebelum obat diberikan) atau
‘peringanan’ (suatu obat dengan overdosis lethal diberikan, diketahui secara
dini lalu diberikan antidotumnya.
9. Laporan
Insiden RS (Internal)
Pelaporan tertulis
setiap kejadian nyaris cedera (KNC) atau kejadian tidak diharapkan (KTD) yang
menimpa pasien atau kejadian lain yang menimpa keluarga pengunjung, maupun
karyawan yang terjadi di rumah sakit.
10. Laporan
Insiden Keselamatan Pasien KKP-RS (Eksternal)
Pelaporan secara anonim
dan tertulis ke KKP-RS setiap kejadian tidak diharapkan (KTD) atau kejadian
nyaris cedera (KNC) yang terjadi pada pasien, telah dilakukan analisa penyebab,
rekomendasi dan solusinya.
11. Faktor
Kontributor
Adalah keadaan,
tindakan atau faktor yang mempengaruhi dan berperan dalam mengembangkan dan
atau meningkatkan risiko suatu kejadian (misalnya pembagian tugas yang tidak
sesuai kebutuhan)
Contoh:
a. Faktor
kontributor diluar organisasi (eksternal)
b. Faktor
kontributor dalam organisasi (internal) missal tidak adanya prosedur
c. Faktor
organisai yang berhubungan dengan petugas (kognitif atau perilaku petugas yang
kurang, lemahnya supervise, kurangnya team
work atau komunikasi)
d. Faktor
kontributor yang berhubungan dengan keadaan pasien
12. Analisis
Akar Masalah/ Root Cause Analysis
(RCA)
Adalah suatu
proses yang berulang yang sistematik dimana factor-faktor yang berkontribusi
dalam suatu insiden di identifikasi dengan merekontruksi kronologis kejadian
menggunakan pertanyaan ‘kenapa’ yang diulang hingga menemukan akar penyebabnya
dan penjelasannya. Pertanyaan ‘kenapa’ harus ditanyakan hingga tim investigator
mendapatkan fakta, bukan hasil spekulasi.
BAB
II
RUANG
LINGKUP
Banyak metode yang digunakan untuk
mengidentifikasi risiko, salah satu caranya adalah dengan mengembangkan sistem
pelaporan dan sistem analisis. Dapat dipastikan bahwa sistem pelaporan akan
mengajak semua orang dalam organisasi
untuk peduli akan bahaya/ potensi bahaya yang dapat terjadi kepada
pasien.
Pelaporan juga penting digunakan
untuk memonitor upaya pencegahan terjadinya error sehingga diharapkan dapat
mendorong dilakukannya investigasi selanjutnya.
1. Mengapa
pelaporan insiden penting?
Karena pelaporan
akan menjadi awal proses pembelajaran untuk mencegah kejadian yang sama
terulang kembali.
2. Siapa
yang membuat laporan insiden?
a. Siapa
saja atau semua staf RS yang pertama menemukan kejadian
b. Siapa
saja atau semua staf yang terlibat dalam kejadian
3. Bagaimana
memulainya?
Dibuat suatu
sistem pelaporan insiden di RS meliputi kebijakan, alur pelaporan, formulir
pelaporan dan prosedur pelaporan yang harus disosialisasikan pada seluruh
karyawan.
4. Apa
yang harus dilaporkan?
Insiden yang
dilaporkan adalah kejadian yang sudah terjadi, potensial terjadi, ataupun yang
nyaris terjadi.
5. Bagaimana
cara membuat laporan?
Karyawan diberikan
pelatihan mengenai sistem pelaporan insiden mulai dari maksud, tujuan dan
manfaat laporan, alur pelaporan, bagaimana cara mengisi formulir laporan
insiden, kapan harus melaporkan, pengertian-pengertian yang digunakan dalam
sistem pelaporan dan cara menganalisa laporan.
6. Masalah
yang dihadapi dalam laporan insiden:
a. Laporan
dipersepsikan sebagai “pekerjaan perawat”
b. Laporan
sering disembunyikan/ under report,
karena takut disalahkan
c. Laporan
sering terlambat
d. Bentuk
laporan miskin data karena adanya budaya blame
culture
7. Apa
sebenarnya hubungan akreditasi dengan pelaporan insiden keselamatan pasien?
Standar
keselamatan pasien harus diterapkan rumah sakit, yaitu dengan panduan dari 9
parameter yang terdapat dalam Instrument Akreditasi Administrasi dan Manajemen
serta pelayanan medis.pelaporan insiden keselamatan pasien baik internal maupun
eksternal (ke KKP-RS) wajib dilakukan rumah sakit sesuai ketentuan dalam
akreditasi rumah sakit.
BAB III
TATA LAKSANA
3.1
Analisa Matriks Grading Risiko
Penilaian matriks risiko
adalah suatu metode analisa kualitatif untuk menentukan derajat risiko suatu
insiden berdasarkan dampak dan probabilitasnya.
a. Dampak
(Consequences)
Penilaian dampak/ akibat
suatu insiden adalah seberapa berat akibat yang dialami pasien mulai dari tidak
ada cedera sampai meninggal (Tabel 1)
b. Probabilitas/ Frekuensi/
Likelihood
Penilaian tingkat
probabilitas/ frekuensi risiko adalah seberapa seringnya insiden tersebut
terjadi (Tabel 2)
Tabel 1 Penilaian dampak klinis/
konsekuensi/ severity
Tingkat Risiko |
Deskripsi |
Dampak |
1 |
Tidak signifikan |
Tidak ada cedera |
2 |
Minor |
„ Cedera ringan
mis. Luka lecet „ Dapat diatasi dengan
pertolongan pertama, |
3 |
Moderat |
„ Cedera sedang
mis. Luka robek „ Berkurangnya fungsi motorik/sensorik/ psikologis atau intelektual (reversibel), tidak berhubungan dengan penyakit. „ Setiap kasus yang memperpanjang perawatan |
4 |
Mayor |
„ Cedera luas / berat
mis. Cacad, lumpuh „ Kehilangan fungsi motorik/sensorik/psikologis atau intelektual (irreversibel), tidak berhubungan
dengan penyakit. |
5 |
Katastropik |
Kematian yang tidak berhubungan dengan perjalanan penyakit |
Tabel 2 Penilaian probabilitas/
frekuensi
TINGKAT RISIKO |
DESKRIPSI |
1 |
Sangat jarang
/ Rare (>5
thn/kali) |
2 |
Jarang / Unlikely (>2-5 thn/kali) |
3 |
Mungkin / Posible
(1-2 thn/kali) |
4 |
Sering / Likely
(Bebrp kali /thn) |
5 |
Sangat sering / Almost certain
(Tiap minggu /bulan) |
Setelah dampak dan probability diketahui dimasukkan
dalam Tabel Matriks Grading Risiko untuk menghitung skor risiko dan mencari
warna bands risiko.
a. Skor
Risiko
Skor
Risiko = Dampak x Probability
Cara menghitung skor
risiko:
Untuk menentukan skor risiko
digunakan matriks grading risiko (Tabel 3)
1. Tetapkan
frekuensi pada kolom kiri
2. Tetapkan
dampak pada baris ke arah kanan
3. Tetapkan
warna bandsnya, berdasarkan pertemuan
antara frekuensi dan dampak
b. Bands
Risiko
Bands
risiko adalah derajat risiko yang digambarkan dalam empat warna, yaitu: biru,
hijau, kuning dan merah. Warna bands
akan menentukan investigasi yang akan dilakukan (Tabel 4).
1. Bands
biru dan hijau : investigasi
sederhana
2. Bands
kuning dan merah : investigasi
komprehensif
WARNA BANDS : HASIL PERTEMUAN ANTARA NILAI DAMPAK YANG DIURUT KEBAWAH DAN NILAI PROBABILITAS YANG DIURUT KE SAMPING
KANAN
Contoh:
Pasien jatuh dari tempat
tidur dan meninggal, kejadian seperti ini di rumah sakit x terjadi pada 2 tahun
yang lalu.
Nilai dampak : 5
(katastropik) karena pasien meninggal
Nilai probabilitas : 3
(mungkin terjadi) karena pernah terjadi 2 tahun lalu
Scoring risiko : 5 x 3 =
15
Warna bands : merah (ekstrim)
Tabel 3 Matriks Grading
Risiko
Frekuensi/ Likelihood |
PotencialConcequences |
||||
Insignificant 1 |
Minor 2 |
Moderate 3 |
Major 4 |
Catastropic 5 |
|
Sangat Sering Terjadi (Tiap mgg /bln) 5 |
Moderate |
Moderate |
High |
Extreme |
Extreme |
Sering terjadi (Bebrp x /thn) 4 |
Moderate |
Moderate |
High |
Extreme |
Extreme |
Mungkin terjadi (1-2 thn/x) 3 |
Low |
Moderate |
High |
Extreme |
Extreme |
Jarang
terjadi (2-5 thn/x) 2 |
Low |
Low |
Moderate |
High |
Extreme |
Sangat jarang sekali (>5 thn/x) 1 |
Low |
Low |
Moderate |
High |
Extreme |
Tabel 4 Tindakan sesuai
Tingkat dan Bands Risiko
Level / Bands |
Tindakan |
Ekstrim (sanngat tinggi) |
Risiko ekstrim, dilakukan RCA paling lama 45 hari
membutuhkan tindakan segera, perhatian sampai ke Direktur, |
High (tinggi) |
Risiko tinggi, dilakukan RCA paling
lama 45 hari
Kaji dengan detil
& perlu
tindakan segera serta membutuhkan perhatian
top manajemen, |
Moderate (sedang) |
Risiko sedang, dilakukan investigasi sederhana paling lama 2 minggu. Manajer / Pimpinan
Klinis sebaiknya menilai dampak
terhadap biaya dan kelola
risiko |
Low (rendah) |
Risiko rendah, dilakukan
investigasi sederhana paling lama 1 minggu diselesaikan dengan prosedur rutin |
3.2
Alur Pelaporan Insiden ke
Tim KP di RS (Internal)
1. Apabila
terjadi suatu insiden (KTD/ KNC) di rumah sakit, wajib segera ditindak lanjuti
(dicegah/ ditangani) untuk mengurangi dampak/ akibat yang tidak diharapkan
2. Setelah
ditindak lanjuti, segera buat laporan insidennya dengan mengisi formulir
laporan insiden pada akhir jam kerja/ shift kepada atasan langsung (paling
lambat 2 x 24 jam), jangan menunda laporan
3. Setelah
selesai mengisi laporan, segera serahkan kepada atasan langsung pelapor.
4. Atasan
langsung akan memeriksa laporan dan melakukan grading risiko terhadap insiden
yang dilaporkan
5. Hasil
grading akan menentukan bentuk investigasi dan analisa yang akan dilakukan
sebagai berikut :
Grade
biru : investigasi sederhana oleh atasan
langsung, waktu maksimal 1 minggu
Grade
hijau : investigasi sederhana oleh atasan langsung, waktu maksimal 2 minggu
Grade
kuning : investigasi komprehensif/ analisis akar masalah/ RCA oleh Tim KP di rumah sakit, waktu maksimal 45
hari
Grade
merah : investigasi komprehensif/ analisis akar masalah/ RCA oleh Tim KP di
rumah sakit, waktu maksimal 45 hari
6. Setelah
selesai melakukan investigasi sederhana, laporan hasil investigasi dan laporan
insiden dilaporkan ke Tim KP di RS
7. Tim
KP di RS akan menganalisa kembalihasil investigasi dan laporan insiden untuk
menentukan apakah perlu dilakukan investigasi lanjutan (RCA) dengan melakukan
regarding
8. Untuk
grade kuning/ merah Tim KP di RS akan melakukan analisis akar masalah/ Root Cause Analysis (RCA)
9. Setelah
melakukan RCA, Tim KP di RS akan membuat laporan dan rekomendasi untuk
perbaikkan serta “pembelajaran” berupa petunjuk/ ‘safety alert’ untuk mencegah kejadian yang sama terulang kembali
10. Hasil
RCA, rekomendasi dan rencana kerja dilaporkan kepada direksi
11. Rekomendasi
untuk ‘perbaikan dan pembelajaran’ diberikan umpan balik kepada unit kerja
terkait
12. Unit
kerja membuat analisa dan tren kejadian di satuan kerjanya masing-masing
13. Monitoring
dan evaluasi perbaikan oleh Tim KP di RS.
3.3
Alur Pelaporan Insiden ke
KKPRS – Komite Keselamatan Pasien Rumah
Sakit
(Eksternal)
1. Laporan
hasil investigasi sederhana/ analisis akar masalah/ RCA yang terjadi pada
pasien dilaporkan oleh Tim KP di RS (internal)/ Pimpinan RS ke KKP-RS dengan
mengisi formulir Laporan Insiden Keselamatan Pasien
2. Laporan
di kirim ke KKP-RS lewat POS atau KURIR ke alamat:
3.4
Petunjuk Pengisian
Formulir Laporan Insiden terdiri
dari dua macam :
a. Formulir Laporan Insiden (Internal )
Adalah Formulir Laporan yang dilaporkan
ke Tim
KP di
RS dalam
waktu maksimal 2 x 24 jam / akhir jam kerja / shift. Laporan
berisi : data pasien, rincian kejadian, tindakan yang dilakukan
saat terjadi insiden, akibat insiden, pelapor dan penilaian grading. (Formulir
: Lampiran 2)
b. Formulir Laporan insiden Keselamatan Pasien (Eksternal)
Adalah Formulir Laporan yang dilaporkan ke KKP-RS setelah dilakukan analisis
dan investigasi. (Formulir : Lampiran 3).
PETUNJUK PENGISIAN FORMULIR LAPORAN IKP Eksternal
KODE RS
Kode RS bersifat unik dan konfidental.
Setiap RS akan diberikan kode khusus untuk dapat mengakses dan mengirimkan
laporan insiden ke KKPRS PERSI.
Cara mendapatkan kode RS:
Rumah sakit harus mengisi
terlabih dahulu form data RS yang dapat diakses lewat http;//www.inapt;safety.or.id
Kode RS akan dikirimkan lewat
sms atau email oleh KKPRS PERSI
I.
DATA RS (Form Laporan IKP
Eksternal)
1. Kepemilikan RS
Dipilih salah satu sesuai
kepemilikan RS (jelas)
2. Tipe RS
Dipilih salah satu sesuai tipe RS
: umum atau khusus, khusus pilih lagi: mis,RSIA, RS khususTHT, RS khusus
Ortopedhi.
3. Kelas RS
Dipilih salah satu sesuai kelas
RS. Untuk RS swasta menyesuaikan mis: RS Pratama setara dengan kelas D, RS
Madya setara dengan RS kelas C, dst.
4. Kapasitas tempat tidur
Diisi jumlah tempat tidur dengan
box bayi
5. Propinsi (Lokasi RS)
Diisi nama propinsi dimana lokasi
RS berada
6. Tanggal laporan dikirim ke KKP-RS
Diisi tanggal saat laporan
dikirim via pos/ kurir/ e-report ke KKP-RS
II.
DATA PASIEN
Data pasien : Nama, No.RM dan
Nomor Ruangan hanya diisi di form laporan internal
Nama pasien : (bisa diisi inisial
mis: Tn.AR, atau Ny.SY)
No.RM : (jelas)
Ruangan : diisi nama ruangan dan nomor kamar, mis: ruangan melati kamar 301
Data pasien : umur, jenis
kelamin, penanggung biaya, tanggal MR dan jam diisi di Form Laporan Internal
dan Eksternal (lihat lampiran Form
Laporan IKP)
Umur : pilih salah Satu
Jenis kelamin : pilih salah satu
Penanggung biaya pasien : pilih salah satu
Tanggal MRS dan jam : (jelas)
III.
RINCIAN KEJADIAN
1. Tanggal dan waktu insiden
Diisi tanggal dan waktu saat
insiden (KTD /KNC) terjadi.
Buat prosedur pelaporan agar
tanggal dan waktu insiden tidak lupa: insiden harus dilaporkan paling lambat
2x24 jam atau pada akhir jam kerja/ shift.
2. Insiden
Diisi insiden, misal:
Pasien jatuh, salah identifikasi
pasien, salah pemberian obat, salah dosis obat, salah bagian
yang di operasi, dll
3. Kronologis insiden
Diisi ringkasan insiden mulai
saat sebelum kejadian sampai terjadinya insiden kronologis harus sesuai kejadian
yang sebenarnya, bukan pendapat / asumsi pelapor.
4. Jenis insiden
Pilih salah satu Insiden
Keselamatan Pasien (IKP): KTD / KNC
5. Orang pertama yang melaporkan insiden
Pilih salah satu pelapor yang
paling pertama melaporkan terjadinya insiden, mis: petugas / keluarga pasien,
dll.
6. Kejadian terjadi pada :
Jika insiden terjadi pada pasien
: laporkan ke KKP-RS.
Jika insiden terjadi pada
karyawan/ keluarga pasien/ pengunjung, dilaporkan ke Tim K3 RS.
7. Insiden menyangkut pasien
Pilih salah satu : pasien rawat
inap/ pasien rawat jalan/ pasien UGD
8. Tempat / lokasi
Tempat pasien berada, mis: ruang
rawat inap, ruang rawat jalan, UGD
9. Insiden sesuai kasus penyakit/ spesialisasi
Pasien dirawat oleh spesialis?
(pilih salah satu)
Bila kasus penyakit/ spesialis
lebih dari satu, pilih salah satu yang menyebabkan insiden. Misal : pasien gastritis kronis
dirawat oleh internist, dikonsulkan ke bedah dengan suspek appendicitis. Saat
apendiktomi terjadi insiden, tertinggal kasa, maka penanggung jawab kasus
adalah bedah.
Bila dirawat oleh dokter umum:
isi lain-lain: umum
10. Unit / Departemen yang menyebabkan insiden
Adalah unit/ departemen yang
menjadi penyebab terjadinya insiden, misalnya:
a. Pasien DHF ke UGD, diperiksa
laboratorium, ternyata hasilnya salah interpretasi
Insiden : salah hasil lab pada pasien DHF
Jenis insiden : KNC (tidak terjadi cedera)
Tempat/ lokasi :
UGD
Spesialisasi : kasus penyakit dalam
Unit penyebab : laboratorium
b. Pasien anak berobat ke
poliklinik, diberikan resep, ternyata terjadi kesalahan pemberian obat oleh
petugas farmasi. Hal ini diketahui setelah pasien pulang. Ibu pasien datang
kembali ke farmasi untuk menanyakan obat tersebut.
Insiden : salah pemberian
obat untuk pasien anak
Jenis insiden : KNC (tidak terjadi cedera)
Tempat/ lokasi : farmasi
Spesialisasi : kasus anak
Unit penyebab : farmasi
c. Pasien THT akan dioperasi telinga
kiri tapi ternyata yang dioperasi telinga kanan. Hal ini terjadi karena tidak
dilakukan pengecekan ulang bagian yang akan dioperasi oleh petugas kamar
operasi.
Insiden : salah bagian yang dioperasi: telinga kiri, seharusnya
kanan
Jenis insiden : KTD (terjadi cedera)
Tempat/ lokasi : kamar operasi
Spesialisasi : kasus THT
Unit penyebab : Instalasi bedah
11. Akibat insiden
Pilih salah satu: (lihat table
matriks grading risiko)
a. Kematian : jelas
b. Cedera irreversible/ cedera berat
:
Kehilangan fungsi motorik,
sensorik atau psikologis secara permanen, mis: lumpuh,cacat
c. Cedera reversible/ cedera sedang
:
Kehilangan
fungsi motorik, sensorik atau psikologis tidak permanen, mis: luka robek
d. Cedera ringan :
Cedera/
luka yang dapat diatasi dengan pertolongan pertama
tanpa harus dirawat, mis: luka
lecet
e. Tidak ada cedera, tidak ada luka
12. Tindakan yang dilakukan segera setelah insiden
Ceritakan penanganan/ tindakan
yang saat itu dilakukan agar insiden yang sama tidak terulang lagi
13. Tindakan dilakukan oleh
Pilih salah satu:
a. Bila dilakukan Tim : sebutkan
timnya terdiri dari siapa saja, mis: Dokter
b. Bila dilakukan petugas lain:
sebutkan, mis: Analis, asisten apoteker, radiographer, bidan.
14. Apakah insiden yang sama pernah terjadi di unit kerja
lain?
Jika Ya, lanjutkan dengan mengisi
pertanyaan dibawahnya yaitu:
a. Waktu kejadian : isi dalam bulan/
tahun
b. Tindakan yang telah dilakukan
pada unit keja tersebut untuk mencegah terulangnya kejadian yang sama,
jelaskan.
IV.
TIPE INSIDEN
Untuk mengisi Tipe insiden,
harus melakukan analisis dan investigasi terlebih dahulu. Insiden
terdiri dari : Tipe Insiden
dan Subtipe insiden yang dapat dilihat
pada tabel dibawah
ini : (Tabel 5)
Tabel 5
Tipe Insiden
No. |
TIPE INSIDEN |
SUBTIPE INSIDEN |
|
1 . |
Administrasi Klinik |
a . Proses |
i. Serah terima
ii. Perjanjian iii. Daftar tunggu / Antrian
iv. Rujukan / Konsultasi v. Admisi vi. Keluar/Pulang dari Ranap/RS vii. Pindah Perawatan (Transfer of care) viii. Identifikasi Pasien ix. Consent x . Pembagian
tugas xi. Respons
terhadap kegawatdaruratan |
b. Masalah |
i. Tidak performance ketika dibutuhkan/ indikasi ii. Tidak lengkap / Inadekuat iii. Tidak tersedia iv. Salah pasien v. Salah proses / pelayanan |
||
2 . |
Proses / Prosedur Klinis |
a. Proses |
i. Skrening / Pencegahan / Medical
check up ii. Diagnosis / Assessment iii. Prosedur
/ Pengobatan / Intervensi
iv. General care / Management v. Test / Investigasi vi. Spesimen / Hasil vii. Belum dipulangkan (Detention/ Restraint) |
b. Masalah |
i. Tidak performance ketika dibutuhkan/ indikasi ii. Tidak lengkap / Inadekuat iii. Tidak tersedia iv. Salah pasien v. Salah proses / pengobatan / prosedur vi. Salah bagian
tubuh / sisi/ |
No. |
TIPE INSIDEN |
SUBTIPE INSIDEN |
|
3 . |
Dokumentasi |
a . Dokumen yang Terkait |
i. Order / Permintaan ii. Chart / Rekam
medik / Assessmen / Konsultasi iii. Check list iv. Form / sertifikat v. Instruksi / Informasi / Kebijakan / SOP/ Guideline vi. Label
/ Stiker / Identifikasi Bands / Kartu vii. Surat / E-mail
/ Rekaman Komunikasi viii. Laporan / Hasil / Images |
b. Masalah |
i. Dokumen hilang / tidak tersedia ii. Terlambat mengakses dokumen iii. Salah
dokumen / Salah
orang iv. Tidak jelas
/ Membingungkan / Illegible/ Informasi dalam dokumen tidak lengkap |
||
4 . |
Infeksi Nosokomial (Hospital Assosiated Infection) |
a. Tipe organism |
i. Bekteri
ii. Virus iii. Jamur iv. Parasit v. Protozoa
vi. Rickettsia vii.
Prion (Partikel protein yg infeksius) viii. Organisme tidak teridentifikasi |
b. Tipe / Bagian
infesi |
i. Bloodstream ii. Bagian yang dioperasi iii. Abses iv. Pneumonia v. Kanul IV vi. Protesis infeksi vii. Drain/ tube urin viii. Jaringan lunak |
||
5 . |
Medikasi / Cairan Infus |
a . Medikasi / Cairan infus
yang terkait |
i. Daftar
Medikasi ii. Daftar Cairan infuse |
b. Proses penggunaan medikasi / Ciaran
infuse |
i. Peresepan ii. Persiapan / Dispensing iii. Pemaketan iv. Pengantaran v. Pemberian vi. Suply / pesan vii. Penyimpanan viii. Monitoring |
||
c. Masalah |
i. Salah pasien
ii. Salah obat |
No. |
TIPE INSIDEN |
SUBTIPE INSIDEN |
|
|
|
|
iii. Salah dosis / kekuatan / frekuensi iv. Salah formulasi
/ presentasi v. Salah rute pemberian vi. Salah jumlah
/ kuantitas vii. Salah Dispensing Label / Instruksi viii. Kontraindikasi ix. Salah penyimpanan x. Ommited medicine or dose xi. Obat kadaluarsa xii. Adverse drug reaction (reaksi efek samping obat) |
6 . |
Transfusi darah / Produk darah |
a . Transfusi darah / Produk darah terkait |
i. Produk selular ii. Faktor pembekuan (clothing) iii. Albumin
/ Plasma protein iv. Imunoglobulin |
b. Proses
Transfusi darah / Produk darah terkait |
i. Test pre transfusi ii. Peresepan iii. Persiapan
/ Dispensing iv. Pengantaran v. Pemberian vi. Penyimpanan vii. Monitoring viii. Presentasi / Pemaketan ix. Suply / Pesan |
||
c. Masalah |
i. Salah
pasien ii. Salah Darah / Produk
darah iii. Salah
dosis / Frekuensi iv. Salah jumlah v. Salah label dispensing / Instruksi vi. Kontraindikasi vii. Salah penyimpanan viii. Obat atau Dosis yang diabaikan ix. Darah kadaluarsa x . Efek samping
(Adverse effect) |
||
7 . |
Nutrisi |
a . Nutrisi yang
terkait |
i. Diet umum ii.
Diet khusus |
b. Proses nutrisi |
i. Peresepan
/ Permintaan ii. Pesiapan / Manufactur / Proses memasak iii. Suply / order iv. Presentation v. Dispensing / Alokasi vi. Pengantaran vii. Pemberian viii. Penyimpanan |
No. |
TIPE INSIDEN |
SUBTIPE INSIDEN |
|
|
|
c. Masalah |
i. Salah pasien
ii. Salah diet iii. Salah jumlah iv. Salah Frekuensi v. Salah konsistensi vi. Salah penyimpanan |
8 . |
Oksigen / Gas |
a . Oksigen / Gas terkait |
Daftar oksigen
/gas terkait |
b. Proses penggunaan oksigen / Gas |
i. Label Cilinder / warna kode / Index pin ii.
Peresepan iii. Pemberian iv. Pengantaran v. Suply / order vi. Penyimpanan |
||
c. Masalah |
i. Salah pasien ii. Salah gas iii. Salah rate / flow / konsentrasi iv. Salah mode pengantaran v. Kontraindikasi vi. Salah penyimpanan vii. Gagal pemberian viii. Kontaminasi |
||
9 . |
Alat medis /
Alat
kesehatan / Equipment property |
a . Tipe Alat medis / Alat kesehatan / EquipmentProperty |
Daftar Alat medis / Alat kesehatan / Equipment property |
b. Masalah |
i. Presentation /
Pemaketan tidak baik ii. Ketidaktersediaan iii. Inapropiate for task iv. Tidak bersih
/ Tidak steril v. Kegagalan / Malfungsi vi. Dislodgement / Miskoneksi / Removal vii. User
error |
||
1
0 . |
|
a . Perilaku pasien |
i. Tidak
kooperatif ii. Tidak pantas/ Sikap bermusuhan/ Kasar iii. Berrisiko/ Sembrono/Berbahaya iv. Masalah dengan penggunaan substansi / Abuse v. Menggangu (Harrassment) vi. Diskriminasitif / Berprasangka vii. Berkeliaran, Melarikan diri. viii. Sengaja mencederai diri,
Bunuh diri. |
b. Aggression / Assault |
i. Agresi verbal ii. Kekerasan fisik iii. Kekerasan
seksual |
No. |
TIPE INSIDEN |
SUBTIPE INSIDEN |
|
|
|
|
iv. Kekerasan terhadap mayat
v. Ancaman nyawa |
1
1 . |
Jatuh |
a . Tipe Jatuh |
i. Tersandung ii. Slip iii. Kolaps iv. Hilang
keseimbangan |
b. Keterlibatan
saat jatuh |
i. Velbed ii. Tempat tidur iii. Kursi iv. Strecher v. Toilet vi. Peralatan terapi vii. Tangga viii. Dibawa/dibantu oleh orang lain |
||
1
2 . |
Kecelakaan |
a . Benturan tumpul |
i. Kontak dengan benda/binatang
ii. Kontak dengan
orang iii. Hancur,
remuk iv. Gesekan
kasar |
b. Serangan
tajam/ tusukan |
i. Cakaran,Sayatan
ii. Tusukan iii. Gigitan, sengatan iv. Serangan tajam lainnya |
||
c. Kejadian mekanik
lain |
i. Benturan akibat ledakan bom ii.
Kontak dengan mesin |
||
d . Peristiwa
mekanik lain |
|
||
e. Mekanisme Panas |
i. Panas yang berlebihan ii.
Dingin yang belebihan |
||
f . Ancaman pada pernafasan |
i. Ancaman mekanik pernafasan ii. Tenggelam atau hampir tenggelan iii. Pembatasan oksigen - kekurangan tempat iv. Confinement to Oxygen-Deficient Place |
||
g. Paparan bahan
kimia atau substansi lainnya |
i. Keracunan bahan kimia atau substansi
lain ii. Bahan kimia korosif |
||
h. Mekanisme
spesifik yang lain menyebabkan
cedera |
i. Paparan listrik/radiasi
ii. Paparan suara/ getaran iii. Paparan
tekanan udara iv. Paparan karena gravitasi rendah |
||
i. Paparan
karena dampak cuaca, bencana alam |
|
No. |
TIPE INSIDEN |
SUBTIPE INSIDEN |
|
1 3
. |
Infrastruktur/ Bangunan/ Benda lain yang terpasang Tetap |
a .
Keterlibatan
Struktur/ bangunan b. Masalah |
i. Daftar struktur ii. Daftar Bangunan iii. Daftar Furniture i. Inadekuat ii. Damaged/Faulty/Worn |
1 4
. |
Resource / Manajemen organisasi |
a .
Beban kerja
manajemen yang berlebihan b. Ketersediaan/ keadekuatan tempat tidur/
pelayanan c. Sumber Daya Manusia d .
Ketersediaan/ keadekuatan staf e. Organisasi/ Tim f .
Protocols/
Kebijakan/ SOP Guideline g. Ketersediaan / Adequacy |
|
15 . |
Laboratorium / Patologi |
a .
Pengambilan/ Pick up b. Transport
c. Sorting d. Data entry e. Prosesing f .
Verifikasi / Validasi g. Hasil |
|
Contoh
:
- Insiden
: salah pemberian obat (IM menjadi IV)
Tipe Insiden : medikasi
Sub tipe insiden : proses pemberian medikasi : salah pemberian
Masalah : salah
rute pemberian
- Insiden : Pasien jatuh dari tempat
tidur
Tipe insiden : Jatuh
Subtipe insiden : Tipe
jatuh : slip/ terpeleset
Keterlibatan saat jatuh :
toilet
- Insiden :
Tertukar hasil pemeriksaan laboratorium
Tipe insiden : laboratorium
Subtipe insiden : Hasil
V.
ANALISA PENYEBAB INSIDEN DAN
REKOMENDASI
1. Penyebab insiden dapat diketahui
setelah melakukan investigasi dan analisa baik investigasi sederhana (simple investigation) maupun investigasi
komprehensif (Root cause analysis)
2. Penyebab insiden terbagi dua,
yaitu :
a. Penyebab langsung (immediate/ direct cause)
Penyebab yang langsung berhubungan dengan insiden/ dampak terhadap
pasien
b. Akar masalah (Root cause)
Penyebab yang melatarbelakangi penyebab langsung (underlying cause)
3. Faktor kontributor adalah faktor
yang melatarbelakangi terjadinya insiden. Penyebab insiden dapat digolongkan
berdasarkan penggolongan faktor kontributor seperti terlihat pada table dibawah
ini. Faktor kontributor dapat dipilih beli dari satu.
FAKTOR
KONTRIBUTOR, KOMPONEN DAN SUBKOMPONEN
- Faktor
kontributor eksternal/ diluar RS
Komponen |
a.
Regulator dan Ekonomi b. Peraturan & Kebijakan Depkes c. Peraturan Nasional d.
Hubungan dengan Organisasi lain |
- Faktor
kontributor organisasi dan manajemen
Komponen |
SubKomponen |
Organisasi &
Manajemen |
a. Struktur Organisasi b. Pengawasan c. Jenjang Pengambilan Keputusan |
Kebijakan, Standar
& Tujuan |
a. Tujuan & Misi b. Penyusunan Fungsi
Manajemen c. Kontrak Service d. Sumber Keuangan e. Pelayanan Informasi f. Kebijakan diklat g. Prosedur & Kebijakan h. Fasilitas &
Perlengkapan i. Manajemen Risiko j. Manajemen K3 k. Quality Improvement |
Administrasi |
Sistim Administrasi |
Budaya Keselamatan |
a. Attitude kerja b. Dukungan manajemen oleh seluruh staf |
SDM Diklat |
a. Ketersediaan b. Tingkat Pendidikan & Keterampilan Staf yang berbeda c. Beban Kerja
yang optimal Manajemen Training Pelatihan / Refreshing |
- Faktor
kontributor kerja
Komponen |
SubKomponen |
Desain dan Bangunan |
a. Manajemen Pemeliharaan b. Penilaian Ergonomik c. Fungsionalitas |
Lingkungan |
a. Housekeeping b. Pengawasan Lingkungan Fisik |
|
c.
Perpindahan Pasien antar Ruangan |
Peralatan / sarana / prasarana |
a.
Malfungsi Alat b.
Ketidaktersediaan c.
Manajemen Pemeliharaan d.
Fungsionalitas e.
Desain, Penggunaan & Maintenance Peralatan |
- Faktor
kontributor tim
Komponen |
SubKomponen |
Supervisi &
Konsultasi |
a. Adanya kemauan staf junior berkomunikasi b. Cepat Tanggap |
Konsistensi |
a. Kesamaan tugas
antar profesi b. Kesamaan tugas
antar staf yang setingkat |
Kepemimpinan &
Tanggung Jawab |
a. Kepemimpinan Efektif b. Job
Desc Jelas |
Respon terhadap Insiden |
Dukungan peers
setelah insiden |
- Faktor
kontributor petugas
Komponen |
SubKomponen |
Kompetensi |
a. Verifikasi Kualifikasi b. Verifikasi Pengetahuan & Keterampilan |
Stressor Fisik dan
Mental |
a. Motivasi b. Stresor
Mental: efek beban kerja beban mental c. Stresor
Fisik: Efek beban kerja = Gangguan Fisik |
- Faktor
kontributor tugas
Komponen |
SubKomponen |
Ketersediaan SOP |
a. Prosedur Peninjauan & Revisi SOP b. Ketersediaan SOP c. Kualitas Informasi d. Prosedur Investigasi |
Ketersediaan & akurasi
hasil test |
a. Test Tidak
Dilakukan b. Ketidaksesuaian antara interpretasi hasil test |
Faktor Penunjang dalam
validasi alat medis |
a. Ketersediaan, penggunaan, reliabilitas b. Kalibrasi |
Desain Tugas |
Penyelesaian tugas tepat
waktu dan sesuai SOP |
- Faktor
kontributor pasien
Komponen |
SubKomponen |
Kondisi |
Penyakit yang kompleks, berat,
multikomplikasi |
Personal |
a. Kepribadian
b. Bahasa c. Kondisi Sosial d. Keluarga |
Pengobatan |
Mengetahui risiko yang berhubungan
dengan pengobatan |
Riwayat |
a. Riwayat Medis b. Riwayat Kepribadian c. Riwayat Emosi |
Hubungan Staf dan
Pasien |
Hubungan yang baik |
- Faktor
kontributor komunikasi
Komunikasi Verbal |
a. Komunikasi antar
staf junior dan senior b. Komunikasi antar Profesi c. Komunikasi antar
Staf dan Pasien d. Komunikasi antar Unit Departemen |
Komunikasi Tertulis |
Ketidaklengkapan Informasi |
Contoh
:
Pasien
mengalami luka bakar saat dilakukan fisioterapi. Petugas fisioterapi adalah
petugas yang baru bekerja 3 bulan di RS X. Hasil investigasi ditemukan :
- Penyebab
langsung
a. Peralatan/
sarana/ prasarana : intensitas berlebihan pada alat tranducer
b. Petugas
: fisioterapis kurang memahami prosedur penggunaan alat
- Akar
penyebab masalah
a. Peralatan/
sarana/ prasarana : manajemen pemeliharaan/ maintenen alat tidak ada
b. Manajemen
(diklat) : tidak pernah diberikan training dan orientasi
- Rekomendasi/
solusi :
Bisa dibagi atas :
a. Jangka
pendek
b. Jangka
menengah
c. Jangka
panjang
BAB
IV
PENUTUP
Sistem pelaporan insiden merupakan
awal proses analisis dan investigasi insiden. Diharapkan panduan Insiden
Keselamatan Pasien ini dapat menjadi acuan bagi RSIA NUN Surabaya untuk
melaksanakan system pelaporan dan analisisnya. Dengan meningkatnya jumlah
laporan insiden akan tergambarkan budaya dan motivasi untuk meningkatkan
keselamatan pasien dan mutu pelayanan kepada pasien. Hasil analisis insiden
akan menjadi pembelajaran untuk mencegah kejadian yang sama dikemudian hari.
No comments:
Post a Comment