|
KabupatenBanyumas |
SPO EKLAMPSI |
|
|
|
SPO |
No. Dokumen : |
||
|
No. Revisi : |
|||
|
Tanggal Terbit : |
|||
|
Halan : 2/ |
|||
|
Nama Puskesmas........ |
TTD KAPUS |
Nama dan gelar Kepala
Nip.................................. |
|
|
Tujuan |
2.
Menegakkan diagnosis
Eklampsi 3.
Melakukan tata laksana dan perujukan pada pasien eklampsi |
|
|
|
3. Kebijakan |
Semua pada pasien pre eklampsi dan eklampsi |
|
|
|
4. Referensi |
1.Prawirohardjo, S. Saifuddin, A.B. Rachimhadhi, T. Wiknjosastro Gulardi H.Ilmu Kebidanan Sarwono Prawirohardjo.Edisi keempat cetakan ketiga. Jakarta: PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. 2010: Hal
550-554.(Prawirohardjo, et al., 2010) 2.Kementerian Kesehatan RI dan WHO. Buku Saku Pelayanan Kesehatan Ibu di
Fasilitas Kesehatan Dasar dan Rujukan.Jakarta: KementerianKesehatan RI. 2013.(Kementerian Kesehatan Republik |
|
|
|
5. Prosedur/ Langkah- langkah |
MasalahKesehatan Eklampsia merupakan kasus
akut pada penderita pre-eklampsia, yang disertai dengan kejang menyeluruh dan
atau koma. Sama halnya dengan pre- eklampsia, eklampsia dapat timbul pada ante, intra, dan post partum. Eklampsia post partum umumnya hanya terjadi dalam waktu 24
jam pertama setelah persalinan. 50-60% kejadian eklampsia terjadi dalam keadaan hamil. 30-35% kejadian
eklampsia terjadi pada saat inpartu , dan sekitar 10% terjadi setelah persalinan. Padanegara berkembang kejadian ini berkisar 0,3-0,7%. Di Indonesia Pre
eklampsia dan eklampsia penyebab kematian ibu berkisar 15-25%, sedangkan
45-50% menjadi penyebab kematian bayi. Hasil Anamnesis (Subjective) Keluhan Kejang yang diawali dengan gejala-gejala prodromal eklampsia, antara lain: 1.Nyeri kepala hebat 2.Gangguan penglihatan 3.Muntah-muntah 4.Nyeri uluhati atau abdomen bagian atas 5.Kenaikan progresif tekanan darah Faktor Risiko 1.Kondisi-kondisi yang berpotensi menyebabkan penyakit mikrovaskular (antara lain: diabetes melitus, hipertensi kronik, gangguan
pembuluh darah dan jaringan ikat) 2.Sindrom antibody antiphospholipid, dan nefropati. Faktor risiko lainya
dihubungkan dengan kehamilan itu sendiri, dan faktor spesifik dari ibu atau
ayah janin. 3.Riwayat pre eklampsia ringan dan berat dalam kehamilan sebelumnya. Hasil Pemeriksaan Fisik dan Penunjang Sederhana (Objective) Pemeriksaan Fisik 1.Pemeriksaan keadaan umum: sadar atau penurunan kesadaran Glasgow Coma
Scale dan Glasgow-Pittsburg Coma Scoring System. 2.Pada tingkat awal atau aura yang berlangsung 30 sampai 35 detik, tangan
dan kelopak mata bergetar, mata terbuka dengan pandangan kosong. 3.Tahap selanjutnya timbul kejang 4.Pemeriksaan tanda vital Adanya peningkatan tekanan darah diastol >110 mmHg 5.Sianosis 6.Skotoma penglihatan 7.Dapat ditemukan adanya tanda-tanda edema paru dan atau gagal jantung Pemeriksaan Penunjang Dari pemeriksaan urinalisa didapatkan proteinuria ≥
2+ Penegakan Diagnostik (Assessment) Diagnosis Klinis Diagnosis ditegakkan berdasar anamnesis, pemeriksaan fisik, dan
pemeriksaan penunjang. Diagnosis Banding Kejang pada eklampsia harus dipikirkan kemungkinan kejang akibat penyakit
lain, oleh karena itu sebagai diagnosis banding eklampsia antara lain: Hipertensi, perdarahan otak, lesi di otak, Meningitis, Epilepsi , Kelainan metabolik 1.Komplikasi pada ibu: sianosis, aspirasi , pendarahan otak dan kegagalan jantung, mendadak, lidah
tergigit, jatuh dari tempat tidur yang menyebabkan fraktur dan luka, gangguan fungsi ginjal, perdarahan atau ablasio retina, gangguan fungsi hati dan ikterus 2.Komplikasi pada janin: Asfiksia mendadak disebabkan spasme pembuluh
darah, Solusio plasenta, persalinan prematuritas Penatalaksanaan Komprehensif (Plan) Penatalaksanaan Perawatan dasar eklampsia yang utama adalah terapi supportif untuk stabilisasi fungsi vital, dengan pemantauan terhadap Airway, Breathing, Circulation (ABC) .Non Medikamentosa Pengelolaan Kejang 1.Pemberian obat anti kejang. 2.Masukan sudap lidah ke dalam mulut penderita. 3.Baringkan pasien pada sisi kiri, posisi trendelenburg untuk mengurangi
risiko aspirasi. 4.Katerisasi urine untuk pengukuran cairan dan pemeriksaan proteinuria. 5.Beberapa keluarga pasien membantu untuk menjaga pasien tidak terjatuh
dari tempat tidur saat kejang timbul 6.Beri O2 4- 6 liter permenit. Medikamentosa 1.MgSO4 diberikan intravena dengan dosis awal 4 g (10 ml MgSO4 40%, larutkan dalam 10 ml akuades) secara
perlahan selama 20 menit, jika pemberian secara intravena sulit, dapat
diberikan secara IM dengan dosis 5mg masing bokong kanan dan kiri. Adapun syarat pemberian MgSO4 a.tersedianya CaGlukonas10% b.ada refleks patella, c.jumlah urin minimal 0,5 ml/kgBB/jam d.frekuensi napas 12-16x/menit. 2.Sambil menunggu rujukan, mulai dosis rumatan 6 g MgSO4 (15ml MgSO4 40%,
larutkan dalam 500 ml larutan Ringer Laktat/ Ringer asetat) 28 tetes/ menit
selama 6 jam dan diulang hingga 24 jam setelah persalinan atau kejang berat 3.Pada kondisi di mana MgSO4 tidak dapat diberikan
seluruhnya, berikan dosis awal (loading dose) lalu rujuk ibu segera ke
fasilitas kesehatan sekunder 4.Diazepam juga dapat dijadikan alternatif pilihan dengan dosis 10 mg IV selama 2 menit (perlahan), namun mengingat dosis
yang dibutuhkan sangat tinggi dan memberi dampak pada janin, maka pemberian
diazepam hanya dilakukan apabila tidak tersedia MgSO4 5.Stabilisasi selama proses perjalanan rujukan a.Lakukan pemeriksaan fisik tiap jam, meliputi tekanan darah, frekuensi
nadi, frekuensi pernapasan, refleks patella b.Bila frekuensi pernapasan < 16 x/menit, dan/atau tidak didapatkan refleks tendon patella, danatau terdapat oliguria (produksi urin <0,5 ml/kg BB/jam), segera hentikan pemberian MgSO4. 6.Jika terjadi depresi napas, berikan Ca glukonas 1 g IV (10 ml larutan
10%) bolus dalam 10 menit. KriteriaRujukan Eklampsia merupakan indikasi rujukan
yang wajib di lakukan Peralatan 1.Oropharyngeal airway/ Guedel 2.Kateter urin 3.Laboratorium sederhana untuk pemeriksaan urin (menilai kadar proteinuria) 4.Larutan MgSO4 40% 5.Ca Glukonas 6.Diazepam injeksi 7.Palu Prognosis Prognosis umumnya dubia ad malam baik untuk ibu maupun janin. |
|
|
|
6. Diagram Alir (jikadibutuhkan) |
|
|
|
|
7. Unit terkait |
|
|
|
No comments:
Post a Comment